Daftar Blog Saya

Jumat, 18 Februari 2011

dewa-dewi yang paling ccd

DEWA -“ DEWI 
Dewa Brahma
Menurut ajaran agama Hindu, Brahmaadalah Dewa pencipta. Dalam filsafat Advaita, ia dipandang sebagai salah satu manifestasi dari Brahman (sebutan Tuhan dalam konsep Hinduisme) yang bergelar sebagai Dewa pencipta. Dewa Brahma sering disebut-sebut dalam kitab-kitab Upanishad dan Bhagavad Gita.

Dewa Brahma dalam Bhagawad Gita

Dalam kitab suci Bhagavad Gita, Dewa Brahma muncul dalam bab 8 sloka ke-17 dan ke-18; bab 14 sloka ke-3 dan ke-4; bab 15 sloka ke-16 dan ke-17. Dalam ayat-ayat tersebut, Dewa Brahma disebut-sebut sebagai Dewa pencipta, yang menciptakan alam semesta atas berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagavad Gita juga disebutkan, siang hari bagi Brahma sama dengan satu Kalpa, dan Brahma hidup selama seratus tahun Kalpa, setelah itu beliau wafat dan dikembalikan lagi ke asalnya, yakni Tuhan Yang Maha Esa.

Brahma, Dewa pencipta

Dewa Brahma adalah salah satu di antara Trimurti (Brahma, Wisnu, S‡iwa). Dewa Brahma juga bergelar sebagai Dewa pengetahuan dan kebijaksanaan. Beberapa orang bijaksana memberinya gelar sebagai Dewa api. Dewa Brahma saktinya Dewi Saraswati, yang menurunkan segala ilmu pengetahuan ke dunia.

Menurut mitologi Hindu, Dewa Brahma lahir dengan sendirinya (tanpa Ibu) dari dalam bunga teratai yang tumbuh di dalam Dewa Wisnu pada saat penciptaan alam semesta. Legenda lain mengatakan bahwa Dewa Brahma lahir dari air. Di sana Brahman menaburkan benih yang menjadi telur emas. Dari telur emas tersebut, lahirlah Dewa Brahma Sang pencipta. Material telur emas yang lainnya menjadi Brahmanda, atau telur alam semesta.

Menurut cerita kuno, pada saat penciptaan alam semesta, Brahma menciptakan sepuluh Prajapati, yang konon merupakan ayah-ayah (kakek moyang) manusia pertama. Menurut Manusmrti, sepuluh Prajapati tersebut adalah:Marichi, Atri, Angirasa, Pulastya, Pulaha, Kratu, Vasishtha, Prachetas atau DakshaBhrigu, dan Narada. Beliau juga konon menciptakan tujuh pujangga besar yang disebut Sapta Rsi untuk menolongnya menciptakan alam semesta.
Menurut kisah di balik penulisan Ramayana, Dewa Brahma memberkati Rsi Walmiki untuk menulis kisah Ramayana yang menceritakan riwayat Ramachandra yang pada masa itu sedang memerintah di Ayodhya.

Ciri-ciri Dewa Brahma

Dewa Brahma

Dewa Brahma memiliki ciri-ciri sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Ada ciri-ciri umum yang dimiliki Dewa Brahma, yakni:
  • bermuka empat yang memandang ke empat penjuru mata angin (catur muka), yang mana pada masing-masing wajah mengumandangkan salah satu dari empat Veda.
  • bertangan empat, masing-masing membawa:
1.      teratai, kadangkala sendok (Brahma terkenal sebagai Dewanya yajna)
2.      Weda / kitab suci
3.      kendi / teko / tempat air
4.      genitri
  • menunggangi angsa atau duduk di atas teratai

Siklus Dewa Brahma

Brahma hidup selama seratus tahun Kalpa. Satu tahun Kalpa sama dengan 3.110.400.000.000 tahun. Setelah seratus tahun Kalpa, maka Dewa Çiwa sebagai Dewa pelebur mengambil perannya untuk melebur alam semesta beserta isinya untuk dikembalikan ke asalnya. Setelah itu, Brahma sebagai pencipta tutup usia, dan alam semesta bisa diciptakan kembali oleh kehendak Tuhan.

Dewa Wisnu
Dalam ajaran agama Hindu, Wisnu (disebut juga Sri Wisnu atau Narayana) adalah Dewa yang bergelar sebagai "shtiti" (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman. 
Dalam filsafat Hindu WaisnawaIa dipandang sebagai roh suci dan Dewa yang tertinggi. Dalam filsafat Advaita Vedanta dan tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu dipandang sebagai salah satu manifestasi Brahman dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri yang menyaingi atau sederajat dengan Brahman.

Penjelasan tradisional menyatakan bahwa kata €œ'Visnu' berasal dari Bahasa Sansekerta, akar katanya €œ'vis'€, (yang berarti "€œmenempati"€, "€œmemasuki"€, juga berarti "€œmengisi" (€” menurut Rigveda), dan mendapat akhiran "€œnu"€. Kata Wisnu kira-kira diartikan: "€Sesuatu yang menempati segalanya€". Pengamat Veda, Yaska, dalam kitab Nirukta, mendefinisikan Wisnu sebagai "€œvishnu vishateh"€; "€œsesuatu yang memasuki segalanya"€, dan "€œyad vishito bhavati tad vishnurbhavati"€; "€œyang mana sesuatu yang tidak terikat dari belenggu itu adalah Wisnu"€.
Adi Sankara dalam pendapatnya tentang Vishnu Sahasranama, mengambil kesimpulan dari akar kata tersebut, dan mengartikannya: "€yang hadir dimana pun€" ("sebagaimana Ia menempati segalanya, "€œvevesti"€, maka Ia disebut Visnu"). Adi Sankara menyatakan: "kekuatan dari Yang Maha Kuasa telah memasuki seluruh alam semesta. Akar kata ViS› berarti 'masuk ke dalam.'"
Mengenai akhiran "nu"€, Manfred Mayrhofer berpendapat bahwa bunyinya mirip dengan kata "€œjisnu" - "kejayaan"€. Mayrhofer juga berpendapat kata tersebut merujuk pada sebuah kata Indo-Iranian “*viÅ¡nu”, dan kini telah digantikan dengan kata “raÅ¡nu” dalam kepercayaan Zoroaster di Iran.

Akar kata "€œvis"€ juga dihubungkan dengan "€œvis›va"€ -€” "€œsegala"€. Pendapat berbeda-beda mengenai penggalan suku kata "€œWisnu"€ misalnya: vi-sn-u -€” "€œmemotong punggung"€, vi-s-nu - "memandang ke segala penjuru"€ dan vis-nu -€” "€œaktif"€. Penggalan suku kata dan arti yang berbeda-beda terjadi karena kata Wisnu dianggap tidak memiliki suku kata yang konsisten.

Dewa Wisnu dalam susastra Hindu

Susastra Hindu banyak menyebut-nyebut nama Wisnu di antara Dewa-Dewi lainnya. Dalam kitab Veda, Dewa Wisnu muncul sebanyak 93 kali. Ia sering muncul bersama dengan Indra, yang membantunya membunuh Vritra, dan bersamanya ia meminum Soma. Hubungannya yang dekat dengan Indra membuatnya disebut sebagai saudara.

Dalam Veda, Wisnu muncul tidak sebagai salah satu dari delapan Aditya, namun sebagai pemimpin mereka. Karena mampu melangkah di tiga alam, maka Wisnu dikenal sebagai "€œTri-wikrama"€ atau "€œUru-krama"€ untuk langkahnya yang lebar. Langkah pertamanya di bumi, langkah keduanya di langit, dan langkah ketiganya di dunia yang tidak bisa dilihat oleh manusia, yaitu di surga.

Dalam kitab Purana, Dewa Wisnu sering muncul dan menjelma sebagai seorang Awatara, seperti misalnya Rama dan Kresna, yang muncul dalam Itihisa. Dalam penitisannya tersebut, Wisnu berperan sebagai manusia unggul.

Dalam Bhagawad Gita, Dewa Wisnu menjabarkan ajaran agama dengan mengambil sosok sebagai Sri Kresna, kusir kereta Arjuna, menjelang perang di Kurukshetra berlangsung. Pada saat itu pula Sri Kresna menampakkan wujud semestanya kepada Arjuna kemudian ia menampakkan wujud rohaninya sebagai Wisnu. 

Wujud Dewa Wisnu

Dalam Purana, dan selayaknya penggambaran umum, Dewa Wisnu dilukiskan sebagai Dewa yang berkulit hitam-kebiruan atau biru gelap; berlengan enam, masing-masing memegang: gada, lotus, sangkala, dan chakra. Yang paling identik dengan Dewa Wisnu adalah senjata chakra dan kulitnya yang berwarna biru gelap. Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu disebutkan memiliki wujud yang berbeda-beda atau memiliki aspek-aspek tertentu.
Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu memiliki enam sifat ketuhanan:
  • Jnana: mengetahui segala sesuatu yang terjadi di alam semesta
  • Aishvarya: maha kuasa, tak ada yang dapat mengaturnya
  • Shakti: memiliki kekuatan untuk membuat yang tak mungkin menjadi mungkin
  • Bala: maha kuat, mampu menopang segalanya tanpa merasa lelah
  • Virya: kekuatan rohani sebagai roh suci dalam semua makhluk
  • Tejas: memberi cahaya spiritualnya kepada semua makhluk 
Beberapa sarjana Waisnawa meyakini bahwa masih banyak kekuatan Wisnu yang lain dan jumlahnya tak terhitung, namun yang paling penting untuk diketahui hanyalah enam. 

Penggambaran

Dalam Purana, Wisnu disebutkan bersifat gaib dan berada dimana-mana. Untuk memudahkan penghayatan terhadapnya, maka simbol-simbol dan atribut tertentu dipilih sesuai dengan karakternya, dan diwujudkan dalam bentuk lukisan, pahatan, dan arca. Dewa Wisnu digambarkan sebagai berikut:
  • Seorang pria yang berlengan empat. Berlengan empat melambangkan segala kekuasaanya dan segala kekuatannya untuk mengisi seluruh alam semesta.
  • Kulitnya berwarna biru gelap, atau seperti warna langit. Warna biru melambangkan kekuatan yang tiada batas, seperti warna biru pada langit abadi atau lautan abadi tanpa batas.
  • Di dadanya terdapat simbol kaki Rsi Bhrigu.
  • Juga terdapat simbol “srivatsa” di dadanya, simbol Dewi Lakshmi, pasangannya.
  • Pada lehernya, terdapat permata “Kaustubha” dan kalung dari rangkaian bunga
  • Memakai mahkota, melambangkan kuasa seorang pemimpin
  • Memakai sepasang giwang, melambangkan dua hal yang selalu bertentangan dalam penciptaan, seperti: kebijakan dan kebodohan, kesedihan dan kebahagiaan, kenikmatan dan kesakitan.
  • Beristirahat dengan ranjang Ananta Shesa, ular suci. 
Wisnu sering dilukiskan memegang empat benda yang selalu melekat dengannya, yakni:
  • Terompet kulit kerang atau €œShankhya€, bernama €œPanchajanya€, dipegang oleh tangan kiri atas, simbol kreativitas. Panchajanya melambangkan lima elemen penyusun alam semesta dalam agama Hindu, yakni: air, tanah, api, udara, dan aether.
  • Chakram, senjata berputar dengan gerigi tajam, bernama €œSudarshana€, dipegang oleh tangan kanan atas, melambangkan pikiran. Sudarshana berarti pandangan yang baik.
  • Gada yang bernama Kaumodaki, dipegang oleh tangan kiri bawah, melambangkan keberadaan individual.
  • Bunga lotus atau Padma, simbol kebebasan. Padma melambangkan kekuatan yang memunculkan alam semesta. 

Tiga wujud

Dalam ajaran filsafat Waisnawa (terutama di India), Wisnu disebutkan memiliki tiga aspek atau perwujudan lain. Ketiga wujud tersebut yaitu: €œKaranodakasayi Vishnu€ atau €œMaha Vishnu€; €œGarbhodakasyi Vishnu€; dan €œKsirodakasayi Vishnu€. Menurut Bhagavad Gita, ketiga aspek tersebut disebut €œPurusá Avatar”, yaitu penjelmaan Wisnu yang mempengaruhi penciptaan dan peleburan alam material. Karanodakasyi Vishnu (Maha Vishnu) dinyatakan sebagai Wisnu yang berbaring dalam “lautan penyebab€ dan Beliau menghembuskan banyak alam semesta (galaksi?) yang jumlahnya tak dapat dihitung; Garbhodakasyi Vishnu dinyatakan sebagai Wisnu yang masuk ke dalam setiap alam semesta dan menciptakan aneka rupa; Ksirodakasayi Vishnu (Roh utama) dinyatakan sebagai Wisnu masuk ke dalam setiap makhluk dan ke dalam setiap atom.  

 

Lima wujud

Dalam ajaran di asrama Waisnawa di India, Wisnu diasumsikan memiliki lima wujud, yaitu:
  • Para. Para merupakan wujud tertinggi dari Dewa Wisnu yang hanya bisa ditemui di Sri Waikunta, juga disebut Moksha, bersama dengan pasangannya -€” Dewi Lakshmi, Bhuma Dewi dan Nila Di sana Iadikelilingi oleh roh-roh suci dan jiwa yang bebas.
  • Vyuha. Dalam wujud Vyuha, Dewa Wisnu terbagi menjadi empat wujud yang mengatur empat fungsi semesta yang berbeda, serta mengontrol segala aktivitas makhluk hidup.
  • Vibhava. Dalam wujud Vibhava, Wisnu diasumsikan memiliki penjelmaan yang berbeda-beda, atau lebih dikenal dengan sebutan Awatara, yang mana bertugas untuk membasmi kejahatan dan menegakkan keadilan di muka bumi.
  • Antaryami. Antaryami atau “Sukma Vasudeva” adalah wujud Dewa Wisnu yang berada pada setiap hati makhluk hidup.
  • Arcavatara. Arcavatara merupakan manifestasi Wisnu dalam imajinasi, yang digunakan oleh seseorang agar lebih mudah memujanya sebab pikirannya tidak mampu mencapai wujud Para, Vyuha, Vibhava, dan Antaryami dari Wisnu. 

Awatara

Sepuluh Awatara Dewa Wisnu

Dalam Purana, Dewa Wisnu menjelma sebagai Awatara yang turun ke dunia untuk menyelamatkan dunia dari kejahatan dan kehancuran. Wujud dari penjelmaan Wisnu tersebut beragam, hewan atau manusia. Awatara yang umum dikenal oleh umat Hindu berjumlah sepuluh yang disebut Dasa Awatara atau Maha Avatar.
Sepuluh Awatara Wisnu:
  • Matsya (Sang ikan)
  • Kurma (Sang kura-kura)
  • Waraha (Sang babihutan)
  • Narasimha (Sang manusia-singa)
  • Wamana (Sang orang cebol)
  • Parasurama (Sang Brāhmana-Kshatriya)
  • Rama (Sang pangeran)
  • Kresna (Sang pengembala)
  • Buddha (Sang pemuka agama)
  • Kalki (Sang penghancur) 
Di antara sepuluh awatara tersebut, sembilan di antaranya diyakini sudah menjelma dan pernah turun ke dunia oleh umat Hindu, sedangkan awatara terakhir (Kalki) masih menunggu hari lahirnya dan diyakini menjelma pada penghujung zaman Kali Yuga. 

Hubungan dengan Dewa lain

Dewa Wisnu memiliki hubungan dengan Dewi Lakshmi, Dewi kemakmuran yang merupakan istrinya. Selain dengan Indra, Wisnu juga memiliki hubungan dekat dengan Brahmā dan Siwa sebagai konsep Trimurti. Kendaraan Dewa Wisnu adalah Garuda, Dewa burung. Dalam penggambaran umum, Dewa Wisnu sering dilukiskan duduk di atas bahu burung Garuda tersebut.

Tradisi dan pemujaan

Dalam tradisi Dvaita Waisnawa, Wisnu merupakan Makhluk yang Maha Kuasa. Dalam filsafat Advaita Vedanta, Wisnu dipandang sebagai salah satu dari manifestasi Brahman. Dalam segala tradisi Sanatana Dharma, Wisnu dipuja secara langsung maupun tidak langsung, yaitu memuja awatara-nya.

Aliran Waisnawa memuja Wisnu secara khusus. Dalam sekte Waisnawa di India, Wisnu dipuja sebagai roh yang utama dan dibedakan dengan Dewa-Dewi lainnya, yang disejajarkan seperti malaikat. Waisnawa menganut monotheisme terhadap Wisnu, atau Wisnu merupakan sesuatu yang tertinggi, tidak setara dengan Dewa.

Dalam tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu memanifestasikan dirinya menjadi Awatara, dan di India, masing-masing awatara tersebut dipuja secara khusus.

Tidak diketahui kapan sebenarnya pemujaan terhadap Wisnu dimulai. Dalam Veda dan informasi tentang agama Hindu lainnya, Wisnu diasosiasikan dengan Indra. Shukavak N. Dasa, seorang sarjana Waisnawa, berkomentar bahwa pemujaan dan lagu pujia-pujian dalam Veda ditujukan bukan untuk Dewa-Dewi tertentu, melainkan untuk Sri Wisnu — Yang Maha Kuasa — yang merupakan jiwa tertinggi dari para Dewa. [1]

Di Bali, Dewa Wisnu dipuja di sebuah pura khusus untuk beliau, bernama Pura Puseh, yakni pura yang harus ada di setiap desa dan kecamatan. Di sana ia dipuja sebagai salah satu manifestasi Sang Hyang Widhi yang memberi kesuburan dan memelihara alam semesta.
Menurut konsep Nawa Dewata dalam Agama Hindu Dharma di Bali, Dewa Wisnu menempati arah utara dalam mata angin. Warnanya hitam, aksara sucinya "€œU"€ (ung).

Dewa Siwa
Siwa atau kadangkala ditulis Shiva, menurut ejaan bahasa Inggris, adalah salah satu Dewa Utama, Trimurti dalam agama Hindu yang berjumlah tiga. Kedua dewa lainnya adalah Brahma dan Wisnu..

Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Siwa (S‡iwa / Shiva) adalah manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai pelebur, melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tidak layak berada di dunia fana lagi sehingga segala ciptaan Tuhan tersebut harus dikembalikan kepada asalnya (Tuhan).

Dalam keyakinan umat Hindu (khususnya Hindu India), Dewa S‡iwa memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan karakternya, yakni:
  • bertangan empat, masing-masing membawa:
    trisula, cemara, tasbih/genitri, kendi
  • bermata tiga (tri netra)
  • pada hiasan kepalanya terdapat ardha chandra (bulan sabit)
  • ikat pinggang dari kulit harimau
  • hiasan di leher dari ular kobra
  • kendaraannya lembu nandini

Orang bijaksana memberinya gelar Dewa angin dan Dewa cinta kasih. Beliau tampak sebagai Dewa yang memancarkan kasih sayang kepada makhluk hidup. Sebaliknya bagi orang yang hidupnya penuh dosa, Beliau tampak sebagai Dewa yang menyeramkan, matanya melotot dan memegang banyak senjata, seolah-olah hendak membinasakan apapun yang ada di hadapannya.

Dewa Siwa memiliki sakti Dewi Uma dan Durgha. Dewi Uma merupakan Dewi yang tampak sangat cantik dan lemah lembut sedangkan Dewi Durgha merupakan Dewi kematian yang tampak menyeramkan, mata melotot dan tangannya penuh senjata.

Di Bali, beliau dipuja di Pura Dalem, sebagai Dewa yang mengembalikan manusia ke unsurnya, menjadi Panca Maha Bhuta.

Dalam pengider Dewata Nawa Sanga, Dewa Siwa menempati arah tengah dengan warna panca warna. Beliau bersenjata padma dan mengendarai lembu nandini. Aksara sucinya I dan Ya. Dipuja di Pura Besakih.

Dalam tradisi Indonesia, kadangkala Siwa disebut Batara Guru.

Putera Dewa Siwa

Menurut cerita-cerita keagamaan yang terdapat dalam kitab-kitab suci umat Hindu, Dewa Siwa memiliki putera-putera yang lahir dengan sengaja ataupun tidak disengaja. Beberapa putera Dewa Siwa tersebut yakni:
1.      Dewa Kumara (Kartikeya)
2.      Dewa Kala
3.      Dewa Ganesa 
Dewa Surya
Dewa Surya dalam pewayangan
Batara Surya ini adalah Dewa yang menjadi tumpuan mahluk hidup di alam dunia ini terutama tumbuhan dan hewan, Batara Surya terkenal sangat sakti mandraguna dan menjadi salah satu Dewa andalan di kahyangan. Batara Surya terkenal senang memberikan pusaka-pusaka atau ajian-ajian yang dimilikinya terhadap orang-orang yang dipilihnya.

Dewa ini terkenal mempunyai banyak anak dari berbagai wanita (diantaranya dari Dewi Kunti yang melahirkan Adipati Karna dalam kisah Mahabharata).

Batara Surya kena batunya ketika Anoman menyalahkan Batara Surya atas kejadian yang menimpa Ibunya Dewi Anjani dan neneknya yang dikutuk menjadi tugu oleh suaminya sendiri. Anoman merasa Batara Surya harus bertanggung jawab sehingga Anoman dengan ajiannya mengumpulkan awan dari seluruh dunia untuk menutupi alam dunia sehingga sinar sang surya tidak bisa mencapai bumi. Untungnya kejadian ini dapat diselesaikan secara baik-baik sehingga Anoman dengan sukarela menyingkirkan kembali awan-awannya sehingga alam dunia terkena sinar mentari kembali.

Dewa Ganesha
Ganesa  adalah dewa ilmu pengetahuan. Dalam pewayangan disebut Batara Gana, merupakan salah satu putra Batara Guru (Siwa). Gana diwujudkan berkepala gajah dan berbadan manusia. Dalam pewayangan ia tinggal di kahyangan istananya disebut Glugu Tinatar.
 
Oleh orang-orang bijaksana, Ganesha diberi gelar Dewa pengetahuan, Dewa pelindung, Dewa penolak sesuatu yang buruk, Dewa keselamatan, dan lain sebagainya. Dalam ukiran-ukiran di candi, patung-patung dan lukisan, Beliau sering dilukiskan:
  • berkepala gajah
  • bertangan empat
  • berbadan gemuk
  • menunggangi tikus

Bermuka gajah melambangkan Dewa Ganesha sebagai perintang segala kesulitan, bagaikan gajah merintangi musuhnya dengan gading yang tajam dan belalai yang panjang. Bertangan empat melambangkan filsafat “empat jalan menuju kebahagiaan”. Berbadan gemuk sebagai lambang orang berbadan besar yang sanggup mengalahkan musuh-musuhnya. Dewa Ganesha menunggangi tikus sebab tikus melambangkan keragu-raguan dalam menghadapi suatu hal, maka dari itu Ganesha berusaha merintangi segala kesulitannya.

Mitologi tentang Dewa Ganesa

Kenapa Beliau berkepala gajah

Dalam kitab Siwa Purana dikisahkan, suatu ketika Dewi Parwati (istri Dewa Siwa) ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, ia menciptakan seorang anak laki-laki dan diberi nama Ganesa. Ia berpesan agar anak tersebut tidak mengizinkan siapapun masuk ke rumahnya selagi Dewi Parwati mandi dan hanya boleh melaksanakan perintah Dewi Parwati saja. Perintah itu dilaksanakan Ganesa dengan baik.

Alkisah Dewa Siwa hendak masuk ke rumahnya, namun Beliau tidak dapat masuk karena dihadang oleh anak kecil yang menjaga rumahnya. Ganesa melarangnya karena ia melaksanakan perintah Dewi Parwati. Dewa Siwa menjelaskan bahwa ia suami dewi Parwati dan rumah yang dijaga ganesa adalah rumahnya juga. Namun Ganesa tidak mau mendengarkan perintah Dewa Siwa, sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah siapapun.

Akhirnya Dewa Siwa kehabisan kesabarannya dan bertarung dengan Ganesa. Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Dewa Siwa menggunakan Trisulanya dan memenggal kepala Ganesa.
Ketika dewi Parwati selesai mandi, ia mendapati putranya sudah tak bernyawa. Ia marah kepada suaminya dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali. Dewa Siwa tersadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan istrinya.

Atas saran Dewa Brahma, Beliau mengutus abdinya, Gana, untuk memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke utara. Ketika turun ke dunia, Gana mendapati seekor gajah dengan kepala menghadap utara. Kepala gajah itu pun dipenggal untuk mengganti kepala Ganesa.

Akhirnya Ganesa dihidupkan kembali oleh Dewa Siwa dan sejak itu diberi gelar Dewa keselamatan. Menyelamatkan seseorang sebelum ia memulai pekerjaanya, dengan memuja-muja Beliau

Dewa Indra
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Indra adalah manifestasi Brahman yang bergelar sebagai Dewa cuaca dan  dan raja kahyangan.

Oleh orang-orang bijaksana, Dewa Indra diberi gelar Dewa petir, Dewa hujan, Dewa perang, raja surga, pemimpin para Dewa, dan banyak lagi sebutan untuk Dewa Indra sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Beliau adalah Dewa yang memimpin delapan Wasu.

Dewa Indra juga terkenal dalam kitab-kitab Purana dan Itihasa. Dalam kitab-kitab tersebut posisinya lebih menonjol sebagai raja kahyangan dan pemimpin para Dewa. Dewa Indra juga disebut Dewa perang, karena Beliau dikenal sebagai Dewa yang menaklukkan tiga benteng musuh (Tri Puramtaka). Beliau memiliki senjata yang disebut Bajra. Kendaraan Beliau adalah seekor gajah yang bernama Airawata. Istri Beliau Dewi Sachi.

Dewa Indra muncul dalam kitab Mahabarata. Beliau menjemput Yudistira bersama seekor anjing, yang mencapai puncak gunung Mahameru untuk mencari Swargaloka.

Kadangkala Dewa Indra disamakan dengan Zeus dalam Mitologi Yunani. Dalam agama Buddha, beliau disamakan dengan Sakra.
Batara Indra dalam pewayangan

Nama lain Dewa Indra



Batara Indra dalam pewayangan
Dewa Indra memiliki nama lain sesuai dengan karakter dan berbagai pengalamannya. Nama lain tersebut juga mengandung suatu pujian. Nama lain Dewa Indra yakni:
  • Sakra (yang berkuasa)
  • Svargapati (raja surga)
  • Divapati (raja para Dewa)
  • Meghavahana (yang mengendarai awan)
  • Vasava (pemimpin para Wasu)

Kartikeya
(disebut juga Murugan dan Kumara) adalah Dewa Hindu yang terkenal di kalangan orang Tamil di negara bagian Tamil Nadu di India, dan Sri Lanka. Dia juga dikenal dengan berbagai nama, seperti misalnya Murugan, Kumara, Shanmukha, Skanda dan Subramanian. Dia merupakan Dewa perang dan pelindung negeri Tamil.

Murugan digambarkan sebagai Dewa berparas muda, mengendarai burung merak dan bersenjata busur-panah. Mitologi Hindu mengatakan bahwa ia adalah putera dari Dewa Agni karena disebut Agnibhuh. Satapatha Brahmana menyatakan ia sebagai putra dari Rudra dan ia merupakan wujud kesembilan dari Agni. Beberapa legenda menyebutkan bahwa ia adalah putra Dewa Siwa.

Kartikeya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Ganesha dan Dewi Parwati.

Dewa Yama
Patung Batara Yama dari Tibet.Batara Yama adalah nama dewa penjaga neraka dalam agama Hindu dan Buddha. Namanya sudah disebut dalam kitab Weda.
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Yama merupakan manifestasi dari Brahman yang bergelar sebagai Dewa akhirat, Hakim Agung yang mengadili roh orang mati, untuk mempertimbangkan apakah suatu roh layak mendapat surga atau sebaliknya, mendapat neraka.
Dewa Yama dilukiskan sebagai seorang tua yang berkuasa di singasana neraka, memiliki dua wajah yang tidak terlihat sekaligus. Wajah yang sangar dan menyeramkan terlihat oleh roh orang-orang yang hidupnya penuh dengan perbuatan salah, sedangkan wajah yang lembut dan berwibawa terlihat oleh roh-roh yang hidupnya penuh dengan perbuatan baik

  
Dewi Durga
 Durga  adalah sakti (=istri) Siwa. Dalam agama Hindu, Dewi Durga (Betari Durga) adalah ibu dari Dewa Ganesa dan Dewa Kumara (Kartikeya). Beliau kadangkala disebut Uma atau Parwati. Dewi Durga biasanya digambarkan sebagai seorang wanita cantik berkulit kuning yang mengendarai seekor harimau. Beliau memiliki banyak tangan dan memegang banyak tangan dengan posisi mudra, gerak tangan yang sakral yang biasanya dilakukan oleh para pendeta Hindu.

Di Nusantara, Dewi ini cukup dikenal pula. Candi Prambanan di Jawa Tengah, misalkan juga dipersembahkan kepada Dewi ini.

Arti nama
Dalam bahasa Sansekerta, durga berarti "yang tidak bisa dimasuki" atau "terpencil".

Parwati
Pertiwi ( adalah Dewi dalam agama Hindu dan juga "Ibu Bumi" (atau dalam bahasa Indonesia "Ibu Pertiwi"). Sebagai prthivi mata "Ibu Pertiwi" merupakan lawan daripada ' 'dyaus pita "Bapak Angkasa". Dalam Rgveda, Bumi dan Langit seringkali disapa sebagai pasangan, mungkin hal ini menekankan gagasan akan dua paruh yang saling melengkapi satu sama lain.

Pertiwi juga disebut Dhra, Dharti, Dhrthri, yang artinya kurang lebih "yang memegang semuanya". Sebagai Prthvi Devi, ia adalah salah satu dari dua sakti Batara Wisnu. Sakti lainnya adalah Laksmi.

Prthvi adalah bentuk lain Laksmi. Nama lain untuknya adalah Bhumi atau Bhudevi atau Bhuma Devi.


Dewi Laksmi
Dalam agama Hindu, Laksmi ( Lakshmi, Laxmi) adalah dewi kekayaan, kesuburan, kemakmuran, keberuntungan, kecantikan, , keadilan, dan kebijaksanaan.

Dalam kitab-kitab Purana, Dewi Laksmi adalah Ibu dari alam semesta, sakti dari Dewa Wisnu. Dewi Laksmi memiliki ikatan yang sangat erat dengan Dewa Wisnu. Dalam beberapa inkarnasi Wisnu (Awatara) Dewi Laksmi ikut serta menjelma sebagai Sita (ketika Wisnu menjelma sebagai Rama), Rukmini (ketika Wisnu menjelma sebagai Kresna), dan Alamelu (ketika Wisnu menjelma sebagai Wenkateswara).

Dewi Laksmi disebut juga Dewi Uang. Beliau juga disebut “Widya”, yang berarti pengetahuan, karena Beliau juga Dewi pengetahuan keagamaan. Beliau juga dihubungkan dengan setiap kebahagiaan yang terjadi di antara keluarga dan sahabat, perkawinan, anak-anak, kekayaan, dan kesehatan yang menjadikannya Dewi yang sangat terkenal di kalangan umat Hindu.

Dewi Kali
Berkalung tengkorak sebagai lambang kematian. Wajahnya mengerikan simbol bahwa kematian ditakuti manusia. Lidahnya menjulur keluar sebagai simbol bahwa tiada hari tanpa kematian, kematian selalu lapar, setiap orang akan ditelan maut. Bersama Siwa, Dewi Kali bertugas melebur segala makhluk yang sudah tak layak hidup di dunia.

Kali adalah sakti (istri) Dewa Siwa. Kali biasanya digambarkan sebagai seorang wanita berkulit hitam dan berwajah mengerikan; berlumuran darah dan berkalungkan tengkorak serta ular. Dewi Kali merupakan lambang kematian.

Dewi Radha
Radha adalah kekasih utama Kresna dalam Srimad Bhagavatam, dan Gita Govinda dalam agama Hindu. Dalam beberapa tradisi Waisnawa agama Hindu, Radha dipandang sebagai dewi yang utama, seringkali dipuja sebagai inkarnasi dari Dewi Laksmi. Radha hampir selalu dilukiskan bersama Kresna dan roman muka menarik hati dalam teologi agama Gaudiya Waisnawa sekarang, yang memandang Radha sebagai Dewi atau Sakti yang paling asli. Hubungan Radha dengan Kresna diberikan secara detail dalam sastra seperti Brahma Vaivarta Purana, Garga Samhita dan Brihad Gautamiya tantra. Radha juga merupakan objek utama pemujaan dalam Nimbarka Sampradaya, demikian kata Nimbarka, pendiri tradisi tersebut, yang menyatakan bahwa Radha dan Kresna membentuk kebenaran mutlak bersama-sama.
Untuk tokoh lain yang bernama sama, lihat Radha (Mahabharata). 
Dewi Saraswati
Saraswati adalah salah satu dari tiga dewi dalam agama Hindu, dua yang lainnya adalah Dewi Sri (Lakhsmi) dan Dewi Uma (Durga). Saraswati adalah sakti dari Dewa Brahma, Dewa Pencipta. Saraswati berasal dari akar kata sr yang berarti mengalir. Dalam Regweda V.75.3, Saraswati juga disebut sebagai Dewi Sungai, disamping Gangga, Yamuna, Susoma dan yang lainnya. 

Saraswati dalam agama Hindu

Saraswati adalah dewi yang dipuja dalam agama weda. Nama Saraswati tercantum dalam Rgweda dan juga dalam sastra Purana Ia adalah dewi ilmu pengetahuan dan seni. Saraswati juga dipuja sebagai dewi kebijaksanaan.
Dalam Wedanta, Saraswati di gambarkan sebagai kekuatan feminin dan aspek pengetahuan "€” shakti "€” dari Brahman. Sebagaimana pada jaman lampau, ia adalah dewi yang menguasai Ilmu Pengetahuan dan Seni. Parapenganut ajaran Wedanta meyakini, dengan menguasai ilmu pengetahuan dan seni, adalah salah satu jalan untuk mencapai moksa, pembebasan dari kelahiran kembali.

Saraswati dan Simbol-simbolnya
-       Dewi Saraswati digambarkan sebagai sosok wanita cantik, dengan kulit halus dan bersih, — adalah perlambang dari ilmu pengetahuan suci akan memberikan keindahan dalam diri
-       Berpakaian dengan dominasi warna putih, sopan — menunjukan akan pengetahuan suci membawa pada kesahajaan ,
-       Duduk atau berdiri diatas bunga teratai, dan juga terdapat angsa yang merupakan wahana atau kendaraan suci dari Dewi Saraswati, yang mana semua itu merupakan simbol dari Kebenaran Sejati, dalam pengarcaan sering juga terdapat merak. Saraswati tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi merupakan lambang dari Kebijaksanaan Tertinggi.
-       Dewi Saraswati digambarkan dengan dominasi warna putih yang melambangkan Kemurnian dari Pengetahuan Suci.
-       Dewi Saraswati digambarkan memiliki empat lengan yang melambangkan empat aspek kepribadian manusia dalam mempelajari ilmu pengetahuan: pikiran, intelektual, waspada (mawas diri) dan ego. Di masing masing lengan, menggenggam:
-                Lontar (buku), adalah Weda, yang melambangkan universal, abadi, dan pengetahuan sejati.
-                Ganitri (Mala, Tasbih, Rosario) melambangkan kekuatan meditasi dan pengetahuan spiritual.
-                Wina (kecapi), alat musik yang melambangkan kesempurnaan seni dan ilmu pengetahuan.
-                Damaru (kendang kecil).
-       Angsa merupakan simbol yang sangat populer yang berkaitan erat dengan Saraswati sebagai wahana (kendaraan suci). Angsa juga melambangkan penguasaan atas Viveka dan Vairagya yang sempurna, memiliki kemampuan mensarikan susu dari lumpur, memilah antara yang baik dan yang buruk.
-       Angsa berenang di air tanpa membasahi bulu-bulunya, yang memiliki makna filosofi, menjalani kehidupan layaknya orang biasa tanpa terbawa arus keduniawian.
-       Selain angsa, juga sering terdapat merak dalam penggambaran Dewi Saraswati, yang mana adalah simbol dari kesombongan, kebanggaan semu, (merak sesekali waktu mengembangkan bulu-bulunya yang indah namun bukan keindahan yang abadi).

Hari Raya Saraswati

Dewi Saraswati sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan dan Seni, dirayakan oleh umat Hindu di Bali, yang jatuh pada: Saniscara (Sabtu), Umanis (Legi), Watugunung. Perayaan ini dilaksanakan setiap 210 hari, sebagai penghormatan kepada Ibu Ilmu Pengetahuan dan Seni.

1 komentar:

Entri Populer

Pengikut